Beberapa Sebutan yang Hilang dalam Permainan Layang-layang

- 29 Agustus 2020, 09:48 WIB
Penjual layang-layang di Alun-alun Kidul.
Penjual layang-layang di Alun-alun Kidul. /KABARJOGLOSEMAR/Tedy Kartyadi

KABAR JOGLOSEMAR - Truk anginmu mati, kang Gareng uripna yang artinya Truk (Petruk) anginmu mati, kang Gareng hidupkanlah.

Itulah lelagon (lagu) anak-anak tempo dulu setiap akan bermain layang layang saat tiada angin yang berhembus. Lagu tersebut kini sudah jarang terdengar atau dinyanyikan oleh anak-anak dalam permainan tradisional layang layang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), layang-layang adalah mainan yang terbuat dari kertas, berkerangka yang diterbangkan ke udara dengan memakai tali (benang) sebagai kendali.

Baca Juga: Dance Blackpink dan Selena Gomez Ice Cream Disebut Mirip dengan Red Velvet Ice Cream Cake

Setiap daerah memiliki ciri, bentuk dan keunikan masing-masing termasuk layangan model Yogyakarta. 

Bentuk Layang layang dan Ornamen Hiasan:

Bentuk layang layang yang dimainkan secara umum (di luar dari bentuk karakter tertentu), ada dua macam, yakni layangan bentuk biasa berupa badan layangan yang panjang proposional dan bentuk Pethekan, yaitu badan layangan melebar dan pendek.

  • Motif ornamen hiasan pun ada sebutan yang unik. Hanya tiga pewarnaan, merah, biru dan kuning.
  • Motif Pupukan yakni, hiasan setengah bundar warna merah di bagian pucuk atas layang layang.
  • Motif Kalungan Sanggan yaitu, bentuk pupukan namun di bagian bawah ditambah semacam kalung dengan warna biru.
  • Motif Encik encik, mirip bentuk kalungan sanggan hanya di bagian ujung bawah layangan ditambah hiasan bentuk wajik berwarna biru.
  • Motif Mata Kero (mata juling) mirip sepertihalnya kalungan sanggan hanya posisi gambar letaknya di ujung sayap, sebelah kiri atau kanan.
  • Motif Paju Telu, yaitu bentuk tiga rangkaian bentuk wajik berwarna, merah, biru dan kuning ditorehkan di bagian ujung atas layangan. Posisi gambar wajik yang tengah tepat berada di sumbu tengah pucuk layang layang.

Motif hiasan tradisional itu kini sudah sangat sulit ditemukan, bahkan telah hilang sebab kalah bersaing dengan motif kekinian bergambar tokoh superhero atau kartun, semacam Spong Bob, Spiderman dan lain sebagainya.

Baca Juga: 10 Bentuk Rumah Tradisional Jawa yang Kian Langka

Kondisi Layang-layang saat terbang:

Untuk menerbangkan layangan atau disebut Ngundha layang-layang harus diberi tali yang dirangkai sedemikan rupa, tali tersebut disebutnya Tali Guci.

Pembuatan tali ini akan berpengaruh dalam posisi terbangnya layang layang, antara lain posisi, Mayung yakni layang-layang berada di atas kepala yang menerbangkan, posisi Ngethek atau Rongeh (baca e, seperti kata teh) layang layang tidak setabil atau selalu goyang.

Ada juga rangka sayap atau rangka horisontalnya tidak seimbang, sehingga menjadikan Biring, terbang serong ke kanan saja atau ke kiri saja.

Atau tetiba, turun ke bawah yang disebut Nyiruk. Dalam menerbangkan layangan seseorang adakalanya dibantu oleh seseorang yang membawakan ukalan tali benang yang disebutnya Blendrong.

Baca Juga: Unik, Komunitas Breaker di Jogja Gelar Event Berhadiah Keris Pusaka, Surjan, dan Batu Akik

Strategi dalam Adu Layang-layang:

Ketajaman benang Gelasan (benang telah diproses diberi lapisan bubukan kaca) juga strategi ada dalam aduan layang layang seperti, Ulur yaitu strategi mengulur benang hingga musuh kalah dan putus atau juga disebut dengan Tatas. Atau strategi dengan cara benang layangan ditarik kencang cepat sekali atau istilahnya Nggodok.

Sementara untuk anak yang sukanya berburu layangan yang kalah atau tatasan mendapat sebutan Kolik Tatasan.

Juga ada semacam aturan yang tidak tertulis (konvensi), layang layang yang diberi ekor di ujung bawahnya atau pada benang dekat tali guci diberi rumbaian kertas, maka layang layang itu tidak boleh diterjang (diluruk) untuk diajak beradu layang layang.***(ted)

 

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah