10 Bentuk Rumah Tradisional Jawa yang Kian Langka

- 23 Agustus 2020, 09:37 WIB
Arsitektur Rumah Adat Jawa bentuk Limasan dengan strata pemiliknya merupakan abdi dalem Kraton Yogyakarta dengan pangkat cukup tinggi, sekarang menjadi Museum Gamel, di Jalan Gamelan Kidul, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta
Arsitektur Rumah Adat Jawa bentuk Limasan dengan strata pemiliknya merupakan abdi dalem Kraton Yogyakarta dengan pangkat cukup tinggi, sekarang menjadi Museum Gamel, di Jalan Gamelan Kidul, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta /KABAR JOGLOSEMAR/Tedy Kartyadi

KABAR JOGLOSEMAR -- Ada 10 macam bentuk rumah tradisional Jawa, diantaranya masih berdiri dan dipertahankan oleh pemilik atau ahli waris. Sisa-sisa peninggalan bentuk rumah tradisional masih dapat ditemui khususnya di nJeron Beteng Kraton Yogyakarta, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, juga di wilayah Kota Gede dan di beberapa pedesaan di DIY, serta Jawa Tengah pada umumnya.

Rumah-rumah tradisional dengan arsitektur yang sangat khas dan penuh dengan makna, maka banyak generasi milineal yang akan semakin tidak paham, akhirnya rumah yang dapat masuk kategori heritage tersebut akan semakin punah tergusur bangunan arsitektur kekinian.

Sebagaimana artikel yang ditulis oleh Sastra Amidjaja, di Majalah Jawa terbitan Java Institute, edisi Desember 1923, yang dilansir ulang Hermanu pada bukunya Seni Awang-awang Arsitektur Jawa Lama, Terbitan Bentara Budaya Yogyakarta, Mei 2004.

Baca Juga: Aksi Menegangkan Tom Cruise Lompat dari Motor yang Melaju di Mission: Impossible

Ada 10 macam bentuk rumah tradisional Jawa, sebagai berikut:

1. Rumah Joglo

Rumah Joglo juga disebut rumah Tikelan. Disebut demikian karena atap rumah itu seakan-akan tikel/ patah menjadi tiga bagian.

Bagian yang teratas itulah yang bernama Joglo atau Brunjung yang ditopang oleh empat batang tiang utama yang juga disebut Saka Guru. Dibanding dengan tiang-tiang lainnya, Saka Guru berukuran lebih panjang dan lebih besar, didirikan di atas landasan dari batu yang disebutnya Ompak.

Tiang pada rumah Joglo jumlah keseluruhan ada 36 buah, terdiri dari, 4 batang saka guru, 12 saka penanggap dan 20 saka rawa. Lantai yang dibatasi dengan saka penanggap lebih tinggi daripada lantai bagian yang mengitarinya.

2. Rumah Limasan

Rumah Limasan milik rakyat yang mempunyai strata ekonomi lumayan tinggi, sekarang banyak alih fungsi atau dijual untuk bangunan resto atau rumah makan menu tradisonal
Rumah Limasan milik rakyat yang mempunyai strata ekonomi lumayan tinggi, sekarang banyak alih fungsi atau dijual untuk bangunan resto atau rumah makan menu tradisonal KABARJOGLOSEMAR.COM/Tedy Kartyadi
Rumah ini berbentuk dengan atap limas yang terdiri dua empyak (atap) besar serong dan dua empyak kecil segitiga.

3. Rumah Sinom

Rumah sinom adalah rumah bentuk limasan dengan tambahan emperan di sekitarnya.

4. Rumah Kampung

Adalah bentuk rumah yang dibangun oleh kebanyakan warga dengan bentuk terdiri atas dua empyak/ atap besar dan kedua ujungnya ditutup dengan dinding terkadang berventilasi, yang sering disebut Tutup Keong.

5. Rumah Dara Gepak

Adalah sama seperti rumah kampung namun ditambah emperan di sekitarnya.

Baca Juga: Menilik Mitos Malam 1 Suro yang Dipercayai Masyarakat Jawa

6. Rumah Klabang Nyander

Rumah bentuk ini sama dengan bentuk rumah limasan, yang membedakan hanya hadapan rumahnya diputar balik 450 atau bentangan lebar rumah menjadi muka rumah.

7. Rumah Srotongan

Bentuk rumah sama dengan rumah kampung dan ditambah dua emperan.

8. Rumah Kutuk Ngambang

Kutuk adalah sejenis ikan tawar (ikan Gabus). Jadi bentuk rumah ini seperti bentuk rumah kampung tetapi lebih memanjang.

9. Rumah Tajug

Bentuk atapnya seperti piramida. Biasanya rumah yang berbentuk tajug ini adalah Langgar (rumah ibadah), Cungkup rumah untuk makam, dan sebagainya.

Baca Juga: Inilah 6 Lokasi Tanah Pembawa Hoki Menurut Feng Shui Jawa

10. Rumah Panggang Pepe (Gedang Selirang)

Rumah ini hanya memiliki satu empyak/ atap saja seperti bentuk sesisir pisang dan biasanya dibangun di lahan yang terbatas dan berhimpit dengan dinding rumah sebelahnya.

Arsitektur rumah adat Jawa memiliki aturan hierarki yang dominan seperti tercermin pada bentuk atap rumah. Masing-masing rumah memiliki tata letak yang sama, tetapi bentuk atap ditentukan oleh status sosial dan ekonomi dari pemilik rumah.

Proses membangun rumah adat Jawa tidak sembarangan, ada perhitungan tertentu (Jawa: Dipetung) terlebih dahulu sebelum membangun rumah, baik hari atau waktunya, posisi menghadapnya, bahkan pemilihan lokasi dan jenis tanah.***(ted)

 

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x