KABAR JOGLOSEMAR- Dalam budaya Jawa, menikah tak hanya sekadar menggelar resepsi dan pesta begitu saja.
Ada sederet hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan sebelum menikah. Mulai dari prosesi adat yang harus dilakukan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Wendy Red Velvet Ungkap Perasaan Ketika Hiatus 16 Bulan Pasca Kecelakaan
Bagi orang Jawa tentu sudah tidak asing lagi dengan sejumlah mitos seputar pernikahan dalam budaya Jawa.
Berikut ini adalah 5 mitos larangan pernikahan Jawa yang perlu kamu ketahui.
1. Dilarang Menikah di Bulan Suro
Mitos yang satu ini cukup populer di kalangan masyarakat dari budaya Jawa. Tidak baik menggelar hajatan di bulan Suro.
Konon, bulan Suro disebut sebagai bulan keramat dan sering membawa musibah bagi mereka yang nekat menggelar acara besar atau hajatan.
2. Perhitungan Weton Harus Pas
Weton menjadi salah satu hal yang diperhitungkan ketika calon pengantin akan menikah. Weton dipercaya mampu memprediksi kecocokan pasangan.
Ada sejumlah weton yang tidak cocok alias tidak berjodoh. Masyarakat percaya jika pernikahan tidak dilangsungkan apabila wetonnya tidak cocok.
Baca Juga: Soal Kontroversi Postingan IG Jennie BLACKPINK, Begini Tanggapan Agensi
3. Anak Pertama menikah dengan Anak Ketiga
Masyarakat Jawa mempercayai anak pertama sebaiknya tidak menikah dengan anak ketiga. Hal ini dikarenakan tidak baik.
Akan banyak masalah menghampiri keduanya apabila tetap menikah. Banyak yang menilai, hal ini karena perbedaan karakter anak pertama dan anak ketiga.
4. Pernikahan Siji Jejer Telu
Pernikahan siji jejer telu adalah kondisi ketika kedua calon mempelai adalah anak pertama, dan salah satu dari orang tua mereka juga anak pertama di keluarganya.
Jika tetap dilangsungkan pernikahan, masyarakat percaya hal ini akan mendatangkan kesialan dan malapetaka.
5. Ketentuan Menikah di Tanggal Lahir
Bagi masyarakat Jawa, tanggal pernikahan harus ditentukan matang-matang. Salah memilih tanggal, hal ini diyakini akan membawa kesialan.
Baca Juga: Pernah Ditinggal Putri Anne, Begini Perasaan Arya Saloka
Masyarakat Jawa percaya apabila pernikahan digelar pada tanggal kelahiran mempelai pria, maka pernikahan tersebut akan membawa keberuntungan.***