Baca Juga: 5 Manfaat Puasa Syawal, Pahala Puasa Setahun hingga Menyempurnakan Ibadah
Saling berbagi Kupat Jembut ini sudah menjadi tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang. Pasalnya, berbagi Kupat Jembut ini sudah berlangsung sejak tahun 1950an.
Tradisi ini dilakukan setelah warga asli Kampung Jaten Cilik kembali ke kampungnya pasca mengungsi akibat perang dunia II.
Sebelum membagikan ketupat berisi sayur ini akan ada pesta petasan selepas Salat Subuh. Anak-anak akan keluar rumah dan berebut Kupat Jembut ini.
Baca Juga: Ada Rihanna, Ini 6 Artis Hollywood yang Berkomentar Soal Konflik Israel-Palestina
Kupat Jembut disebut juga Kupat Tauge. Pasalnya, Kupat Jembut dinilai terlalu vulgar sebab seperti rambut di bagian kemaluan.
“Karena nama Kupat Jembut terlalu vulgar maka warga kampung Jaten lebih sering menyebutnya dengan Kupat Tauge.”
Itulah ketupat Semarang atau Kupat Jembut yang sudah menjadi tradisi. Kendati begitu, ada pengakuan kocak dari warga Semarang yang mengaku baru tahu makanan tersebut.
“Aku wong semarang kok nembe krungu yaa..,” tulis @amir_fatiro76.
“Neng semarang wes pirang puluh thn seko alas kabeh smpe saiki dadi gedung2 mewah nembe reti ono panganan iki @mutii_mutiaa,” ungkap @ajiesetiadi. ***