Tekan Angka Kematian Warga Isoman, DIY Bentuk Satgas Khusus

- 26 Juli 2021, 17:42 WIB
Ilustrasi isolasi mandiri.
Ilustrasi isolasi mandiri. /Pixabay/maryTs

KABAR JOGLOSEMAR - Untuk menekan angka kematian warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman), Pemda DIY membentuk Satgas Khusus.

Satgas Khusus ini bertugas untuk memantau kondisi warga yang menjalani isoman yang dipindah ke shelter-shelter terpusat yang sudah disediakan.

Baca Juga: Komentari Aturan PPKM Makan 20 Menit, Chef Arnold: Latihan Jadi Kontestan MCI

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sultan HB X) menyebutkan bahwa untuk mengurangi warga isoman yang meninggal karena COVID-19, pihaknya berkoordinasi dengan BNPB dan para bupati/walikota untuk mengatasi masalah tersebut.

Pihak kabupaten/kota melakukan pendataan dan alamat warga isoman dan melakukan tracing seluruh warga isoman. Selanjutnya mereka ditangani Satgas Khusus.

Menurut Sultan HB X yang dikutip Kabar Joglosemar dari Humas Pemda DIY pada Senin, 26 Juli 2021, ada shelter terpadu atau terpusat yang menjadi wilayah kerja Satgas Khusus.

Ketiga shelter tersebut adalah Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Balai Diklat PUPR di Jalan NgeksigondoYogyakarta dan asrama mahasiswa UNY. Ketiga shelter tersebut berkapasitas 506 orang.

Dalam pendataan, menurut Sultan HB X, pasien isoman dibagi menurut gejala yang dialami. Pasien yang bergejala sedang akan dibawa ke shelter terpusat, sementara yang bergejala berat dirujuk ke rumah sakit. Dengan demikian, hanya yang bergejala ringan yang boleh tetap isoman.

Baca Juga: Suga BTS Sebut Lagu Permission to Dance Melambangkan Harapan

Menurut Sultan HB X, mereka yang bergejala ringan akan tetap dipantau oleh kabupaten/kota dibantu tenaga kesehatan yang dikoordinasikan dengan Puskesmas terdekat.

"Pada prinsipnya kami sudah sepakat dan pendekatan ini dinilai lebih mudah dan berhasil dijalankan," kata Sultan HB X.

Sultan HB X menyebutkn bahwa penanganan pasien COVID-19 di DIY sudah dilakukan sesuai standar. Mereka juga sudah diberikan terapi tambahan terutama bagi mereka yang berat.

Dari data yang dihimpun, menurut Sultan HB X, dari total 2.780 orang meninggal dunia akibat COVID-19 di DIY, sebanyak 195 orang atau 7 persen yang meninggal tidak diketahui tempatnya.

Sedangkan 695 orangatau 25 persen meninggal di rumah atau isoman dan 1.890 orang atau 68 persen meninggal di rumah sakit.

Menurut Sultan HB X, tingginya angka kematian karena COVID-19 di DIY karena beberapa alasan.

Baca Juga: Luhut: Ada Dua Penyebab Utama Kematian Pasien Covid-19

Pertama, pasien meninggal karena memiliki penyakit bawaan ataui komorbid dan sudah berusia lanjut.

Kedua, pasien meninggal karena tidak mendapatkan oksigen.

Ketiga, pasien meninggal karena belum mendapatkan vaksinasi.

Keempat, pasien meninggal karena mengalami gejala ringan yang berkembang menjadi berat tetapi tidak terpantau optimal karena menjalankan isolasi mandiri.

Dikatakan Sultan HB X, selain membentuk Satgas Khusus, untuk menekan angka kematian akibat COVID-19 Pemda DIY meningkatkan pengawasan pasien yang bergejala ringan.

Bila pasien sudah lansia atau mempunyai komorbid akan dirujuk untuk dirawat di rumah sakit. Selain itu, meningkatkan akses layanan rujukan dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di rumah sakit rujukan COVID-19.

Menurut Sultan HB X, pihknya berupaya meningkatkan pasokan dan ketersediaan oksigen bagi rumah sakit rujukan, melakukan rekrutmen tenaga relawan dan mengoptimalkan masyarakat dalam memanfaatkan shelter untuk isolasi.

"Kami memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak isolasi di rumah. Sebab shelter-shelter sudah tersedia tetapi baru dimanfaatkan sekitar 60 persen. Selain itu, meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 maupun distribusi obat-obatan," kata Sultan HB X.

Baca Juga: Update Titik Penyekatan di Jogja Selama PPKM Level 4, Jalan Malioboro Sudah Dibuka

Sementara menurut Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji, banyaknya pasien meninggal dunia saat menjalani isoman karena tidak dalam pengawasan tenaga kesehatan.

Hal ini cukup memprihatinkan. Karena itu, para isoman bisa digeser ke shelter atau bila saturasinya sudah cukup rendah, maka mereka sebaiknya masuk rumah sakit yang ada.

Mengenai BOR rumah sakit yang hampir penuh, menurut Baskara Aji, pihak rumah sakit akan melakukan pergeseran pasien.

Misalnya, pasien yang sudah mulai membaik, dipindahkan ke shelter, sehingga tempat yang kosong di rumah sakit diisi oleh para isoman yang punya gejala sedang sampai berat.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x