Panen Padi Melimpah dan Harga Murah, Mengapa Impor Beras?

- 21 Maret 2021, 14:04 WIB
Tanaman padi yang sedang menguning siap panen di lahan sawah di Dusun Ngrangsang, Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Minggu 21 Maret 2021.
Tanaman padi yang sedang menguning siap panen di lahan sawah di Dusun Ngrangsang, Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Minggu 21 Maret 2021. /Foto : Kabar Joglosemar/Philipus Jehamun
 
KABAR JOGLOSEMAR - Dalam beberapa hari terakhir ramai diberitakan tentang rencana pemerintah untuk impor 1 juta ton beras.
 
Rencana tersebut pun mengundang reaksi keras berupa penolakan dari berbagai pihak, termasuk para petani. Karena momen impor beras dinilai tidak tepat di saat hasil panen padi yang melimpah.
 
Sejumlah petani yang ditemui Kabar Joglosemar di Dusun Soman, Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman pada hari Minggu 21 Maret 2021 mengaku tidak setuju dengan rencana pemerintah untuk mengimpor beras saat ini dengan alasan apa pun.
 
 
Sebab, menurut para petani, saat ini para petani sedang memasuki masa panen padi yang melimpah. Maka bila saat ini dilakukan impor beras maka harga gabah hasil panen dari petani akan jatuh lebih murah.
 
Dengan demikian, petani pasti rugi karena biaya produksi tinggi sementara harga hasil panen murah.
 
"Kami tidak setuju kalau saat ini impor beras. Karena petani akan rugi. Sudah beli pupuk mahal bahkan sempat langka malah harga gabah jatuh atau murah karena ada impor beras. Pokok e kula mboten setuju (pokoknya saya tidak setuju, red)," kata Bu Simus, Bu Sipun dan Bu Senin serentak, tiga petani yang ditemui Kabar Joglosemar di Dusun Soman, Selomartani, Kalasan, Sleman, hari Minggu pagi 21 Maret 2021.
 
Para petani usai memanen padi di Dusun Soman, Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Minggu 21 Maret 2021.
Para petani usai memanen padi di Dusun Soman, Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Minggu 21 Maret 2021. Foto: Kabar Joglosemar/Philipus Jehamun
 
Menurut ketiga petani yang baru selesai memanen padi tersebut, selama ini biaya produksi padi mahal karena harga pupuk mahal. Mahalnya harga pupuk karena ketersediaannya terbatas bahkan langka.
 
"Meski kami sudah pakai kartu untuk membeli pupuk bersubsidi tapi harganya tetap mahal. Dan yang lebih memprihatinkan lagi ketersediaan pupuk juga langka," kata Bu Simus yang dibenarkan Bu Sipun dan Bu Senin.
 
Ketiga wanita petani yang sudah berusia 50-an tahun tersebut mengaku saat ini sudah mulai masa panen raya. Dan hasil panenan padi kali ini pasti melimpah karena curah hujan pada musim tanam tahun ini teratur dan musim hujan agak panjang.
 
 
Karena panen melimpah, menurut ketiga ibu petani ini, maka harga gabah pun murah. Menurut Bu Simus, harga gabah kering giling saat ini sebesar Rp 500 ribu per kuintal atau Rp 5.000 per kilogram. Harga tersebut tidak cukup untuk menutupi biaya produksi sehingga petani merugi.
 
Karena itu, menurut para petani, pemerintah tidak perlu mengimpor beras saat musim panen dengan hasil panen yang melimpah.
 
Menurut mereka, gabah hasil panen mereka disetor ke penadah atau penggilingan dengan harga yang sesuai keinginan mereka.
 
Sementara dari pengamatan Kabar Joglosemar harga beras di pasar saat ini untuk kualitas rendah antara Rp 9.500 hingga Rp 10.000 per kilogram, sementara beras kualitas baik antara Rp 11.000 hingga Rp .13.000 per kilogram.***
 
 
 

 

Editor: Sunti Melati


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x