KABAR JOGLOSEMAR -- Sejak zaman kolonial keberadaan gedung bioskop di Kota Yogyakarta bisa dikatakan lumayan banyak untuk sebuah kota yang mempunyai luas 32,5 kilo meter persegi atau kurang lebih 1,02% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dekade tahun 1980an pertumbuhan gedung bioskop mengalami kenaikan secara signifikan seiring dengan bertambahnya penduduk.
Nonton bioskop atau kekinian disebut nonton film merupakan satu-satunya hiburan bagi masyarakat maupun bagi yang pernah tinggal di Kota Yogyakarta.
Film menjadi hiburan andalan sebab hiburan maupun acara televisi masih sangat terbatas sekali.
Baca Juga: Amanda Manopo Mencoba Peruntungan Lewat Bisnis Skincare Mengandung Emas
Gedung bioskop pun bisa menjadi tempat yang monumental atau memiliki kenangan indah di masa lalu bagi orang yang pernah hidup di Jogja.
Segmen penonton dan film yang diputar pun beragam dari gedung bioskop yang berkelas dengan film-film primier (tayang perdana) hingga gedung kelas rakyat untuk kantong saku pas-pasan. Ada keunikannya dalam pemutaran film dua gedung bioskop sering berpatner memutar film yang sama.
Hal itu karena waktu itu teknologi mesin pemutar film (proyektor) masih analog dan film masih bentuk pita sileloid, baru asyik-asyiknya nonton film putus sehingga penayangan berhenti untuk proses penyambungan film. Sangat berbeda dengan teknologi kekinian yang serba digital baik dalam alat pemutarnya maupun tata suaranya.
Baca Juga: 6 Fanwar Kpop Terbesar Dalam Sejarah, Ada EXO-L dan SONE
Editor: Sunti Melati
Tags
Artikel Pilihan
Terkait
-
Joy Red Velvet Akan Debut Solo, Simak Kelengkapan Albumnya
-
Nathalie Holscher Takut Badan Gemuk karena Banyak Makan, Sule: Nggak Usah Dibayangin, Hidup Dijalani
-
PM Israel Enggan Hentikan Serangan ke Jalur Gaza
-
Jin BTS Ungkap Positif dan Negatif Tak Bisa Lakukan Tur karena Pandemi
-
Sandara Park Tinggalkan YG Entertainment Usai 17 Tahun Bernaung