KABAR JOGLOSEMAR -- Budaya atau tradisi menyambut kelahiran bayi di setiap daerah atau negara tentu ada.
Dalam budaya Jawa, khususnya di Yogyakarta ada tradisi ‘Brokohan’ dalam penyambutan kelahiran bayi, yaitu berupa pemberian hantaran selamatan berupa bahan makanan kepada tetangga sekitar rumah yang melahirkan.
Hantaran Brokohan yang terdiri dari, kelapa yang siap diparut lebih kurang besarnya seperempat, gula Jawa, beras sekitar segenggam, telur ayam dan segelas minuman dhawet (cendol) beras. Sebab ada jenis dhawet yang berbahan dari tepung pati.
Baca Juga: Jisoo Lovelyz Positif Corona, Ini Hasil Tes Semua Member
Menariknya jumlah telur dalam hantaran itu bisa sebagai penanda bayi yang lahir itu cowok atau cewek. Jika jumlah telur ayam dalam hantaran ada dua berarti bayi yang lahir adalah cowok dan jika hanya satu telur pertanda bayi perempuan atau cewek.
Sementara, istilah brokohan sendiri dari kata Arab, yang bermakna mencari berkah.
Lain halnya di negeri Belanda juga ada tradisi semacam untuk menyambut kelahiran bayi.
Baca Juga: Vernon SEVENTEEN Masuk Trending Topics di Twitter Usai Bilang Hal Ini
Di negara yang dikenal dengan sebutan negeri kincir angin ini ada tradisi memasang patung atau boneka burung Ooievaar (Bhs Inggris, Stork), untuk menyambut kelahiran bayi. Burung seperti burung Bangau di Jawa namun lebih besar.
“Tradisi memasang boneka Ooievaar sejak zaman dulu dikaitkan dengan mithologi atau semacam mitos bahwa burung jenis itu lantaran diyakini pembawa kesejahteraan bagi keluarga,” ungkap Yan Suryopuri kepada Kabar Joglosemar, Rabu (23/6/2021).
Ibu yang berasal dari Jogja dan telah menjadi warga Belanda itu menambahkan, bahwa mitos burung Ooievaar pembawa kesejahteraan sama halnya dengan Yunani dan Mesir pada abad tengahan. Kalau dalam tradisi brokohan di Jogja jenis kelamin bayi yang lahir dapat diketahui dari jumlah telor dalam hantaran.
Baca Juga: Quote Savage dari Suga BTS usai Bacakan Cerita Anak di Run BTS!
“Di sini (Belanda) ditandai dari jemuran pakaian si bayi. Bayi cowok jemuran pakaian bayi biru-biru dan bayi cewek jemurannya berwarna pink. Juga disertai nama si bayi,” ujar Yan Suryopuri.
Tradisi yang berasal dari cerita legenda bahwa ‘kelahiran’ serta keberadaan bayi itu karena dibawa oleh burung Ooivera tersebut, yang kini masih ada sebagian warga di Belanda yang masih melestarikan. Selain itu budaya pemasangan patung burung ini juga sebagai ciri khas penanda musim semi telah tiba. ***